Arsip

All posts for the month Desember, 2011

Tempat Objek Wisata Riau

Published Desember 7, 2011 by Vionaa

Balai Adat Melayu Riau


Bangunan Balai Adat Riau ini terletak di Jl. Diponegoro Pekanbaru. Dibangun dan didesain dengan variasi warna dan ukiran motif yang bercirikan khas Melayu. Balai Adat ini dibangun untuk berbagai kegiatan yang berkaitan dengan adat resmi Melayu Riau. Arsitekturnya yang khas melambangkan kebesaran budaya Melayu Riau. Bangunan terdiri dari dua lantai, di lantai atas terpampang dengan jelas beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Di kiri dan kanan pintu masuk ruangan utama dapat kita baca pasal 1 – 4, sedangkan pasal 5 – 12 terdapat di bagian dinding sebelah dalam ruangan utama.

Taman Pancing Alam Mayang


Alam Mayang berlokasi di Jl. H. Imam Munandar, lebih kurang 8 Km dari pusat kota Pekanbaru Kecamatan Bukit Raya. Alam Mayang nama sebuah kolam atau sarana pemancingan ikan yang berlokasi di km 8 jalan Harapan Raya, Kelurahan Tangkerang Timur, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru. Tersedia tiga buah kolam dengan luas keseluruhannya 18.560 meter dan berbagai jenis ikan seperti ikan gurami, lemak, nila dan sepat siam, siap untuk kita bawa pulang bagi keluarga. Lebih menyenangkan lagi memancing bersama keluarga karena di areal kolam terdapat kantin kecil-kecilan. Terbuka kesempatan setiap hari bersantai di Alam Mayang dan sesekali kemampuan kita diuji pula dalam lomba memancing ikan.

Mesjid Agung An-Nur


Mesjid Agung An-Nur merupakan mesjid propinsi dengan bentuk bangunan yang menarik dilengkapi tiang besar dan tinggi melambangkan kebesaran-Nya, terletak di pusat kota Pekanbaru, mempunyai fasilitas lengkap sebagai Islamic Centre serta dilengkapi pula taman yang indah dan luas.

Mesjid Raya dan Makam Marhum Bukit serta Makam Marhum Pekan.


Mesjid Raya Pekanbaru terletak di Kecamatan Senapelan, memiliki arsitektur tradisional yang amat menarik dan merupakan mesjid tertua di Kota Pekanbaru. Mesjid ini dibangun pada abad 18 dan sebagai bukti Kerajaan Siak pernah berdiri di kota ini pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah dan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai sultan keempat dan kelima dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. Di areal Mesjid terdapat sumur mempunyai nilai magis untuk membayar zakat atau nazar yang dihajatkan sebelumnya. Masih dalam areal kompleks mesjid kita dapat mengunjungi makam Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan sebagai pendiri kota Pekanbaru. Marhum Bukit adalah Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak ke-4) memerintah tahun 1766 – 1780, sedangkan Marhum Bukit sekitar tahun 1775 memindahkan ibukota kerajaan dari Mempura Siak ke Senapelan dan beliau mangkat tahun 1780.

Bandar Serai


Bandar Seni Raja Ali Haji yang lebih dikenal dengan Bandar Serai berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman Pekanbaru, tidak jauh dari kawasan bandar udara Sultan Syarif Kasim II (SSK II). Bangunan megah ini dibangun untuk penyelenggaraan MTQ Nasional ke XVII, tahun 1994 yang lalu, dahulunya nama Gedung ini adalah Arena Purna MTQ. Disini kita dapat menikmati suasana santai yang mengasyikkan sambil menyantap berbagai macam makanan yang banyak di jual, mulai dari makanan ringan seperti jagung bakar, hingga makanan yang mengenyangkan ada tersedia di sini. Makanan malam khasnya adalah jagung bakar. Berbagai konser dan pentas seni juga dapat kita saksikan, baik di halaman Bujang Mat Syam ini maupun di dalam gedung/hall. Selain itu kita dapat pula berkeliling-keliling untuk melihat berbagai rumah adat setiap kabupaten dan kota se-propinsi Riau. Disinilah dibangun gedung megah Anjung Seni Idrus Tintin.

Taman Puteri Kaca Mayang


Taman bermain keluarga ini berlokasi di Jl. Jendral Sudirman Pekanbaru, tepatnya di depan kantor walikota Pekanbaru. Taman Puteri Kaca Mayang ini merupakan tempat rekreasi keluarga yang berada di jantung kota Pekanbaru, sehingga mudah dicapai dengan transportasi umum yang ada. Bagi anak-anak, arena ini cukup menarik perhatian karena di tempat ini mereka dapat menggunakan berbagai fasilitas hiburan yang ada seperti kolam renang, komedi putar, bombom car, dan masih banyak lagi permainan yang tentunya menyenangkan dan mengasyikkan. Untuk hari-hari libur, tempat ini selalu dipadati pengunjung yang datang baik dari kota Pekanbaru sendiri maupun dari luar daerah.

Museum Sang Nila Utama


Museum ini terletak di Jl. Jendral Sudirman Pekanbaru, berbagai macam aneka koleksi benda-benda seni, budaya dan bersejarah propinsi Riau bisa sobat temukan disini. Tidak jauh dari dari museum ini juga terdapat satu bangunan khas dengan arsitektur melayu yang kental yaitu Gedung Taman Budaya Riau, dimana gedung ini digunakan sebagai tempat untuk pagelaran berbagai kegiatan budaya dan seni melayu Riau, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Dekranasda Riau


Dekranasda Riau terletak di ujung jalan Sisimangaraja, berbagai macam cinderamata Propinsi Ria bisa sobat dapatkan di Dekranasda Riau karena Dekranasda Riau adalah pusat cinderamata Riau terlengkap di Pekanbaru, segala macam aksesories dapat dijumpai seperti busana melayu, batik Riau, kain tenun dan songket, berbagai kerajinan kayu dan lain-lain.

Taman Rekreasi Danau Buatan


Lembah Sari Danau Buatan ini berlokasi di Kecamatan Rumbai Pekanbaru. Lembah Sari adalah danau buatan berupa bendungan irigasi terletak kurang lebih 10 kilometer dari kota Pekanbaru. Pemandangan alam sekitar danau dengan panorama yang indah, sejuk, nyaman dan bukit-bukit yang ditumbuhi pepohonan, memungkinkan dikembangkan sebagai tempat atraksi wisata tirta seperti berenang, memancing, bersepeda air dan lain-lain.

Pasar Bawah Wisata Belanja di Kota Pekanbaru


Pasar serba lengkap ini terletak di utara Pekanbaru, yang merupakan pusat perbelanjaan barang-barang antik, aksesories rumah tangga dari dalam dan luar negeri, seperti keramik, karpet, lampu-lampu antik dan elektronik, pasar ini juga menyediakan barang-barang bekas yang mempunyai kualitas bagus.

Plaza Senapelan


Plaza Senapelan ini merupakan salah satu tempat wisata belanja yang selalu ramai dikunjungi, terletak di kawasan bisnis, persimpangan jalan Jendral Sudirman dan Teuku Umar, menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, makanan, handphone, pusat kebugaran, perlengkapan olahraga serta restoran dengan aneka makanan pilihan.

Plaza Citra


Plaza Citra terletak di persimpangan jalan Tuanku Tambusai dan Pepaya yang merupakan pusat perbelanjaan yang menyediakan berbagai macam produk antara lain: busana ekslusif modern atau busana muslim, aneka batik pilihan, kosmetika, aksesories pria dan wanita, olahraga juga terdapat pasar swalayan dan mau nontonpun ada karena juga ada bioskop disini.

Plaza Sukaramai


Plaza Suka Ramai atau lebih dikenal oleh masyarakat Pekanbaru dengan Ramayana. Kawasan yang memiliki lokasi strategis ini terletak di pusat kota jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru, membuat pusat perbelanjaan Plaza Sukaramai ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah di Pekanbaru dan Riau umumya. Menyediakan berbagai macam pilihan kebutuhan untuk diberikan kepada orang-orang yang anda sayangi dengan harga yang relatif murah.

Mal Pekanbaru


EmPe begitulah masyarakat Pekanbaru memangilnya, terletak di seberang Plaza Senapelan persimpangan jalan Jenderal Sudirman dan Teuku Umar, merupakan salah satu pusat perbelanjaan modern yang lengkap yang tidak hanya menyediakan busana, sepatu, perlengkapan sehari-hari kalangan atas, tetapi juga menyediakan semua kebutuhan berbagai lapisan. Food court, elektronik dan handphone yang relatif terjangkau serta swalayan yang menyediakan buah-buahan dan alat tulis kantor semakin menambah semaraknya Mal Pekanbaru. Bagi yang hoby clubbing disinilah Hugos Café di Pekanbaru.

Mal SKA


Mal Simpang Komersial Arengka atau lebih dikenal dengan sebutan Mal SKA saja, merupakan salah satu pusat perbelanjaan modern yang terletak di barat kota Pekanbaru, terdapat pertokoan yang menyediakan berbagai keperluan rumah tangga, makanan, peralatan kantor, olahraga, menyediakan busana modern, kosmetika dan restoran dengan aneka makanan pilihan. Selain itu Mal SKA menyediakan layanan free hotspot untuk pelanggannya.

Ayo siapa yang hoby main golf, di Pekanbaru tersedia Padang Golf yang tersebar dibeberapa tempat, antara lain :
– Pekanbaru Golf Course Country Club, di Kubang, Kulim
– Simpang Tiga Golf Course, di Komplek AURI
– Rumbai Golf Course, di Complex IKSORA Rumbai

Hikayah Hangtuah

Published Desember 2, 2011 by Vionaa
Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepada semua rakyatnya.

Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu, apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari pekerjaan.”

Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit. Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmudpun terbangun dan mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung memandikan dan melulurkan anaknya.

Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu Dang Merdu member makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu.

Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik,

“jangan diberi main jauh-jauh.”

Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik took meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong. Gemparlah negri Bintan itu dan terjadi kekacauan dimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,” Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung.?”

Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit dan

pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.”

Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah samil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!”

Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, iapun langsung bangkit berdiri dan memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun Melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kata seorang anak yang menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanah Melayu ini.”

Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi,

Hang Lekir, dan Hang Lekui.

Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?”

Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantas

dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.”

Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja.

Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada banyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.”

Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu

bertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?”

Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai saya yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini.”

Maka Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakana saja, kita akan

membalasanya.”

Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu.

Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu,

maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?”

Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.”

Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu, “Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!”

Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi si Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi di menjadi wali Allah. Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu

dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan ingin

mempunyai istri?”
Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”
Demikianlah cerita Hikayat Hang Tuah

Asal Muasal Riau

Published Desember 2, 2011 by Vionaa

Riau, orang sering menghubungkan provinsi ini dengan minyaknya yang berlimpah. Namun, bagaimana Riau dapat menjadi sebuah provinsi seperti Riau yang kita kenal saat ini? Tentu tidak lepas dari sejarah yang membangunnya. Untuk mengenal lebih baik terhadap provinsi ini, berikut ini akan dipaparkan bagaimana sejarah singkat provinsi minyak di Pulau Sumatera ini.

Seorang peneliti naskah Melayu di Riau pernah mencatat, paling tidak ada tiga kemungkinan asal nama Riau. Pertama, nama Riau berasal dari penamaan orang Portugis, yaitu Rio yang artinya sungai. Kedua, Oemar Amin Husin, tokoh masyarakat dan pengarang asal Riau pernah menyatakan bahwa “Riau” berasal dari kitab Seribu Satu Malam yang menyebut Riahi, yang artinya adalah air atau laut. Sedangkan kemungkinan ketiga adalah, berasal dari penuturan masyarakat setempat yang akan dipaparkan selanjutnya.

Kata “Riau” diangkat dari kata “Rioh” atau “Riuh” yang artinya ramai, hiruk pikuk orang bekerja. Asal mula ceritanya adalah dahulu kala ketika banyak perahu dagang yang semula hendak pergi ke makam Tuhid (ibu kota Kerajaan Johor), namun tersesat di muara sungai. Para pedagang tersebut bertanya kepada awak-awak perahu di hilir, “Di mana tempat orang-orang mendirikan negeri?”, jawaban para awak itu selalu, “Di sana, di tempat yang rioh.” Tempat yang disebut “tempat yang rioh” itu adalah di pesisir timur sumatera bagian tengah (letak Riau saat ini).

Nama Riau menjadi besar ketika Raja Melayu memindahkan pusat kerajaannya dari Johor ke hulu Riau pada tahun 1719. Namun, pada tahun 1824, terjadi perjanjian London antara Inggris dan Belanda yang menyatakan bahwa kerajaan Melayu terbagi dua. Johor di bawah pengaruh Inggris dan Riau di bawah Belanda. Pada zaman penjajahan Belanda (1905-1942), nama Riau dipakai untuk nama karesidenan yang meliputi Kepulauan Riau serta Pesisir Timur Sumatera bagian tengah. Begitu pula pada zaman penjajahan Jepang.

Sebagaimana daerah lain di Indonesia, di Riau terjadi berbagai perlawanan bersenjata terhadap kolonialisme. Perlawanan besar dilakukan rakyat di daerah Rokan di bawah pimpinan Tuanku Tambusai (1820-1839). Sebelum berjuang melawan Belanda di Rokan, Tuanku Tambusai berjuang dalam perang Padri, bersama-sama gurunya, yaitu Tuanku Imam Bonjol. Namun Tuanku Tambusai tidak berhasil menghancurkan kekuatan Belanda. Beliau kemudian menyingkir ke Malaka dan menetap di daerah Seremban.

Selain tuanku Tambusai, masih banyak tokoh lain yang mengobarkan perlawanan rakyat terhadap kolonoalisme Belanda. Namun semua perlawanan tersebut dapat dipatahkan Belanda. Beberapa tokoh yang memimpin perlawanan rakyat antara lain adalah Panglima Besar Sulung yang memimpin perlawanan rakyat Retih tahun 1857, Datuk Tabano di Muara Mahat (1898), dan Sultan Zainal Abidin di Rokan (1901-1904). Setelah berbagai perlawanan tersebut dapat diredam, Belanda semakin menancapkan kekuatannya di Riau.

Awal abad ke 20 merupakan era munculnya semangat nasionalisme. Tahun 1916 berdiri Serikat Dagang Islam di Pekanbaru, didirikan oleh Haji Muhammad Amin. Tahun 1930 berdiri Serikat Islam di Rokan Kanan, didirikan oleh H.M. Arif. Setelah itu muncul beberapa organisasi lain seperti Muhammadiyah.

Tahun 1942, Jepang masuk dan menguasai daerah Riau. Di era penjajahan Jepang ini, rakyat semakin sengsara karena seluruh kegiatan rakyat ditujukan untuk mendukung peperangan yang sedang dilancarkan Jepang di seluruh Asia Pasifik. Hasil pertanian rakyat dirampas dan penduduk laki-laki banyak yang dijadikan romusha.

Kabar tentang proklamasi kemerdekaan sampai ke Riau tanggal 22 Agustus 1945, namun teks lengkapnya baru sampai ke Pekanbaru seminggu kemudian. Meskipun sudah mengatahui dengan pasti perihal kemerdekaan, namun rakyat Riau tidak berani langsung menyambutnya. Hal ini karena tentara Jepang masih lengkap dengan senjatanya dan belum adanya pelopor yang meneriakkan kemerdekaan.  Baru pada tanggal 15 September 1945, para pemuda yang tergabung dalam Angkatan Muda PTT berinisiatif untuk menyuarakan kemerdekaan, sejak hari itu, pekik kemerdekaan terdengar di seluruh pelosok Riau.

Di awal kemerdekaan, Riau tidak langsung menjadi provinsi, melainkan menjadi bagian dari provinsi Sumatera. Pada saat itu, Sumatera dibagi menjadi tiga provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan, Riau menjadi bagian dari Sumatera Tengah. Baru pada tahun 1957, status Riau meningkat menjadi Provinsi.

Pembentukan Provinsi Riau ditetapkan dengan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957. Kemudian diundangkan dalam Undang-undang Nomor 61 tahun 1958. Sama halnya dengan provinsi lain yang ada di Indonesia, untuk berdirinya Provinsi Riau memakan waktu dan perjuangan yang cukup panjang, yaitu hampir 6 tahun (17 Nopember 1952 s/d 5 Maret 1958). Tanjung Pinang ditetapkan sebagai ibukota sementara. Tokoh yang menduduki jabatan gubernur Riau pertama adalah S.M. Amin.

Setelah situasi daerah telah mulai aman, pemerintah (Menteri Dalam Negeri) mulai memikirkan untuk menetapkan ibukota Provinsi Riau secara sungguh-sungguh. Dalam hal ini Menteri Dalam Negeri telah mengirim kawat kepada Gubernur Riau tanggal 30 Agustus 1958 No. Sekr. 15/15/6.

Untuk menanggapi maksud kawat tersebut secara sungguh-sungguh dan penuh pertimbangan yang cukup dapat dipertanggung jawabkan, maka Badan Penasehat meminta kepada Gubernur supaya membentuk suatu Panitia khusus. Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Swatantra tingkat I Riau tanggal 22 September 1958 No.21/0/3-D/58 dibentuk panitia Penyelidik Penetapan Ibukota Daerah Swatantra Tingkat I Riau.

Panitia ini telah berkeliling ke seluruh Daerah Riau untuk mendengar pendapat-pendapat pemuka-pemuka masyarakat, penguasa Perang Riau Daratan dan Penguasa Perang Riau Kepulauan. Dari angket langsung yang diadakan panitia tersebut, maka diambillah ketetapan, bahwa sebagai ibukota terpilih Kota Pekanbaru. Pendapatan ini langsung disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri. Akhirnya tanggal 20 Januari 1959 dikeluarkan Surat Keputusan dengan No. Des.52/1/44-25 yang menetapkan Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau.